Mukidi, nama yang sedang ramai menjadi perbincangan di media sosial dan grup perbincangan pada aplikasi pesan instan.
Siapa Mukidi ?
Jika mengacu pada perbicangan pada media sosial dan grup pebincangan, maka dia adalah sosok fiksi dalam sejumlah kisah humor yang sedang naik daun baru-baru ini.
mukidi mendadak jadi artis yang viral dikalah netizen. entah siapa yang mulai duluan dalam menyebarkan banyolan tentang mukidi ini. tokoh mukidi ini bisa disebut galau, galau dalam arti sebenernya itu orang mana? ada yg bilang dia orang cilacap, orang jakarta, kadang jawa bahkan kadang madura. mukidi diceritakan seorang yang masih duduk di bangku sekolah SD, kadang dia hidup sebagai orang dewasa, bahkan hidup sebagai orang tua renta alias mbah-mbah.
"Mukidi lapar ........Mukidi masuk ke sebuah rumah makan. Ia
memesan ayam goreng. Tak lama kemudian sebuah ayam goreng utuh tersaji.
Baru saja Mukidi hendak memegangnmya, seorang pelayan datang
tergopoh-gopoh. "Maaf mas, kami salah menyajikan. Ayam goreng ini pesanan bapak
pelanggan yang disana", kata pelayan sambil menunjuk seorang pria
berbadan kekar dan berwajah preman. Akan tetapi karena sudah terlanjur lapar, Mukidi ngotot bahwa ayam goreng itu adalah haknya. Pria bertampang preman itu segera menghampiri meja Mukidi dan menggertaknya. "AWAS kalau kamu berani menyentuh ayam itu...!!! Apapun yang kamu
lakukan kepada ayam goreng itu, akan aku lakukan kepadamu. Kamu potong
kaki ayam itu, aku potong kakimu. Kamu putus lehernya, aku putus
lehermu..!!!" Mendengar ancaman seperti itu, Mukidi hanya tersenyum sinis sambil berkata, "Silahkan! siapa takut?" Lalu Mukidi segera mengangkat ayam goreng itu dan menjilat pantatnya... Hahahaha... Hidup Lik Mukidi !!!"
"Mukidi berasal dari Cilacap. tipikal orang yang biasa saja, tidak
terlalu alim, mudah akrab dengan siapa saja. Punya karir tapi
kadang-kadang bisa menjadi apa saja. Istrinya Markonah, juga punya karir
tapi tidak terlalu istimewa. Anak mereka 2 orang, Mukirin yang sudah
remaja dan Mukiran yang masih duduk di bangku SD. Sahabatnya adalah
Wakijan.," begitulah penjelasan sosok Mukidi.
Nah, besok lebaran makan apa kita?” “Opor kupat seperti biasa, nasi
rendang, ayam pop, dendeng balado, soto Betawi…..” “Koq mewah amat?”
“Sarapan pagi mas Mukidi ikut makan opor kupat bareng panitia sholat Ied
di masjid, siangnya kita halal bi halal ke rumah mas Wakijan, istrinya
gak masak tapi pesan delivery rumahmakan Sederhana. Malamnya kita
lebaran ke rumah mas Sarmili, istrinya pinter masak soto Betawi loh
mas…” “Koq kamu tahu semua?” “Kan sudah dibroadcast di BB…” “Wah
mestinya hari kedua kita lebaran di rumah Farah Quinn ya?”
"Sore itu Mukidi menemani istri dan anaknya berbelanja
kebutuhan lebaran. Selesai berbelanja mereka menuju ke tempat parkir
mal, tangan-tangan mereka sarat dengan kantong plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar seorang wanita pengemis bersama seorang
putri kecilnya menengadahkan tangan kea rah Markonah: “Bu, minta
sedekah.” katanya. Markonah kemudian membuka dompetnya lalu menyodorkan selembar Rp.1000 an. Setelah pengemis itu menerima pemberianny, ia tahu kalau
jumlahnya tidak cukup untuk makan berdua anaknya. Dia lalu member
istarat dengan mengunc upkan jari-jarinya di arahkan ke mulutnya,
kemudian ia memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan
jari-jari yang terkuncup itu ke arah mulutnya. Seolah ia berkata, “Aku
dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan
sedekah untuk bisa membeli makanan.” Markonah membalasnya dengan isyarat pula dengan gerak tangan
seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah
untukmu!” sambil berjalan bersama anaknya membeli ta’jil untuk berbuka,
sementara Mukidi berjalan ke ATM center guna mengecek saldo rekeningnya.
Ternyata gaji bulan ini plus THR sudah masuk. Ia tersenyum melihat
jumlah saldonya, lalu menarik beberapa juta rupiah dan ia menyiapkan
bonus Rp. 10 ribu, untuk pengemis tadi. Diberikannya uang Rp 10 ribu itu
kepada si pengemis. Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… Terima kasih tuan!
Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga
Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga.
Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga
harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan
keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!” Mukidi tidak menyangka akan mendengar respon yang begitu
mengharukan. Mukidi mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap
terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi
sungguh membuat Mukidi terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi
ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, “Nak, alhamdulillah
akhirnya kita bisa makan juga…!” Hati Mukidi berdegupr kencang. Rupanya wanita tadi sungguh
berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus
kemudian mata Mukidi membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari
menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung Tegal untuk makan di
sana. Mukidi masih terdiam dan terpana di tempat itu. “Ada apa mas?” Tanya Markonah. “Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak Rp. 10 ribu!” Markonah hampir tidak setuju, namun Mukidi melanjutkan
kalimatnya: “Bu… kamu tahu, saat menerima uang itu ia berucap hamdalah
berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan
aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali
doanya. Dia hanya menerima karunia dari Allah SWT sebesar 10 ribu saja
sudah sedemikian hebatnya bersyukur, padahal ketika aku melihat saldoku
di ATM jumlah saldo kita ribuan kali lipat. dan aku hanya
mengangguk-angguk tersenyum. Aku lupa bersyukur, aku malu kepada Allah!
Pengemis itu hanya menerima Rp. 10 ribu dan begitu bersyukurnya kepada
Allah, berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang
pantas masuk ke dalam surga Allah?”
0 komentar